Rabu, 26 Februari 2014

Autisme & Penyembuhannya


Banyak yang menganggap bahwa satu-satunya penyebab autis adalah FAKTOR GENETIK sehingga penderitanya dianggap tidak bisa disembuhkan namun bukti-bukti yang sekarang muncul menunjukkan ada peluang untuk penyembuhan karena gangguan itu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik melainkan juga dipengaruhi faktor lingkungan.
.

Namun menurut pakarnya, dr. Melly Budiman SpKJ dari Yayasan Autisme Indonesia mengatakan hal itu juga menunjukkan adanya peluang penyembuhan dan perbaikankondisi bagi penyandang autisme. "Autisme memengaruhi otak dan tubuh. Jika gangguan pada tubuh dapat disembuhkan maka itu akan membantu memperbaiki otak pula," katanya dan menambahkan bahwa hal itu didukung pula oleh fakta tentang banyaknya anak autistik yang ”sembuh”. Anak dengan gangguan spektrum autistik (Autistic Spectrum Disorder/ASD) biasanya mengalami gangguan pada saluran pencernaan, sistem kekebalan tubuh, susunan syaraf pusat dan proses detoksifikasi.

Mereka, juga alergi terhadap banyak jenis makanan, keracunan logam berat (Hg,Pb,As,Cd) dan kondisi biokimiawi tubuhnya terganggu. "Bila semua gangguan di tubuhnya dapat disembuhkan, maka otaknya akan bisa lebih berfungsi dengan baik," Yang terpenting dalam hal ini adalah mendeteksi dan mendapat diagnosa gangguan tersebut sedini mungkin. Semakin awal seorang anak terdiagnosa dan mendapat terapi yang tepat, semakin besar kesempatannya untuk kembali ke jalur perkembangan yang normal. Penatalaksanaan komprehensif bagi penyandang autisme meliputi perbaikan tubuh dari dalam (penatalaksanaan biomedis), medikamentosa (obat) bila diperlukan dan tatalaksana non-medis seperti terapi perilaku, wicara, okupasi, integrasi sensoris dan yang lainnya."

Tak ada satu jenis obatpun yang bisa menyembuhkan autisme," Keberhasilan penyembuhan atau perbaikan gangguan autisme tergantung pada banyak faktor seperti berat atau ringannya gangguan pada otak, berat atau ringannya gangguan pada tubuh, kecepatan anak terdiagnosa serta penanganan dini, tepat, terpadu dan intensif."Banyak anak mengalami perkembangan yang luar biasa, namun banyak pula yang tidak berkembang dengan baik," dalam hal ini orang tua penyandang autisme membutuhkan dukungan dari dokter, terapis dan terutama masyarakat supaya bisa tegar menghadapi keadaan anaknya dan tidak berputus asa.
.
"Karena itu masyarakat juga harus lebih memahami apa itu autisme, dan tidak mengolok-olok atau melecehkan individu autistik, tetapi lebih bersikap toleran dan membantu, untuk bersikap empatik terhadap orang tua anak penyandang autisme dan mengerti kesulitan yang mereka hadapi," katanya.Pengelola sekolah hendaknya juga memberi kesempatan pendidikan kepada anak penyandang autisme yang memang layak dan mampu. "Dan pemerintah tentunya harus memberi jaminan dalam bidang kesehatan, pendidikan dan terapi yang terjangkau oleh semua golongan masyarakat."
.
Pandanglah Penderita autis secara Normal
.
"Di Amerika Serikat, sekitar satu dari 166 anak yang lahir tergolong anak autis. Nah, sayangnya pemerintah kita belum punya data jumlah anak autis seluruh Indonesia. Padahal ini diperlukan untuk memandang seberapa urgent hal ini harus mendapat perhatian agar anak autis tidak dimasukkan pada sekolah normal, seperti yang saat ini terjadi,"

Lebih lanjut, faktanya sekolah-sekolah normal ternyata belum mampu menangani anak autis. Cara memasukkan anak autis ke sekolah normal memang memberikan kebanggaan si orangtua bahwa anaknya normal. "Sementara di lain sisi tidak ada kesiapan dari pihak sekolah dalam menangani anak autis termasuk teman-temannya yang kerap memperlakukan si anak autis dengan cara berbeda," Karena itu, perlu penanganan khusus terhadap anak autis. Memang menangani anak autis tidak mudah. Perlu ada kerja sama lebih baik dari guru dan orangtua yang berorientasi pada pengembangan diri dan menjauhkan anak dari bullying.

Orangtua perlu serius menemukan keunggulan anaknya melalui konsep multiple intelligence bahwa kecerdasan bisa beragam. Ada kecerdasan matematis, kinetik, matematis dan verbal. Setiap anak autis memiliki ciri khusus dalam kuantitas dan kualitas yang berbeda. Ini adalah keunggulan anak autis yang harus dikembangkan.

Dengan demikian, tak heran cukup banyak anak yang menunjukkan kemampuan di bidangnya, seperti musik, seni, matematika, komputer, dan menggambar. Sebagian individu autis memiliki kemampuan luar biasa tanpa melalui proses belajar yang disebut savant, seperti mampu menghafal kamus ensiklopedia secara rinci.

"Sayangnya, penanganan anak autis di Indonesia cenderung menekankan pada kekurangan (defisit), bukan pada penggalian dan pengembangan potensi," Padahal, pengembangan potensi dapat digunakan sebagai kompensasi dari defisit yang ada. Karena itu, cara terbaik memahami mereka adalah dengan berusaha mengenali mereka tanpa prasangka tertentu, apalagi membandingkan mereka dengan individu normal ”Selain itu juga harus menggunakan perspektif holistik dan positif, yaitu memandang anak autis sebagai individu yang utuh dan memiliki potensi kreatif,"

Kenali individu autis lebih dalam, hargai keunikan mereka, serta percaya bahwa mereka juga mampu berpikir dan mengembangkan diri, maka kita akan membantu mengembangkan individualitas dan potensi mereka secara optimal. "Kita bisa saksikan individu autis yang sukses seperti Oscar Dompas-autis asal Indonesia yang sekarang menjadi pengusaha sekaligus penulis buku, Jasmine Lee O'Neil-penulis perempuan autis, Donna Williams-perempuan penulis autis".
.
Jadi, kenali penderita Autis dengan cara berbeda. pandanglah bahwa mereka memiliki keunggulan tersendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar